Friday, June 20, 2014

Potret Suku Baduy

Gambar 1.1 Suku Baduy
Orang Kanekes atau yang disebut dengan orang Baduy yang merupakan suatu kelompok masyarakat adat sub-etnis Sunda di wilayah Kabupaten Lebak, Banten. Populasi mereka sekitar 12.000 orang, dan mereka merupakan salah satu suku yang menerapkan isolasi dari dunia luar. Selain itu mereka juga memiliki keyakinan tabu untuk difoto, khususnya penduduk wilayah Baduy dalam.



Desa Baduy, terletak di perbukitan Gunung Kendeng, sekitar 75 kilometer arah selatan Rangkasbitung, Banten. Ini merupakan tempat yang tepat untuk Anda yang ingin merasakan ketenangan yang jarang ditemukan di kota besar. Kehidupan keseharian masyarakat Baduy yang memegang teguh adat istiadat merupakan daya tarik tersendiri bagi Anda yang berminat menelusuri budaya unik kearifan lokal yang luar biasa ini.


Etimologi
Sebutan "Baduy" merupakan sebutan yang diberikan oleh penduduk luar kepada kelompok masyarakat tersebut, berawal dari sebutan para peneliti Belanda yang agaknya mempersamakan mereka dengan kelompok Arab Badawi yang merupakan masyarakat yang berpindah-pindah (nomaden). Kemungkinan lain adalah karena adanya Sungai Baduy dan Gunung Baduy yang ada di bagian utara dari wilayah tersebut. Mereka sendiri lebih suka menyebut diri sebagai urang Kanekes atau "orang Kanekes" sesuai dengan nama wilayah mereka, atau sebutan yang mengacu kepada nama kampung mereka seperti Urang Cibeo(Garna, 1993).

Bahasa
Bahasa yang mereka gunakan adalah Bahasa Sunda dialek Sunda–Banten. Untuk berkomunikasi dengan penduduk luar mereka lancar menggunakan Bahasa Indonesia, walaupun mereka tidak mendapatkan pengetahuan tersebut dari sekolah. Orang Kanekes ‘dalam’ tidak mengenal budaya tulis, sehingga adat istiadat, kepercayaan/agama, dan cerita nenek moyang hanya tersimpan di dalam tuturan lisan saja.

Kelompok Masyarakat
Secara umum, suku baduy terbagi menjadi tiga kelompok, yakni Tangtu, Panamping, dan Dangka. Ketiga suku tersebut memiliki karakteristik yang berbeda satu sama lain dalam hal penerapan adat istiadat.


1. Kanekes Tangtu ( Baduy Dalam ) adalah bagian dari keseluruhan orang Kanekes. Tidak seperti Kanekes Luar, warga Kanekes Dalam masih memegang teguh adat-istiadat nenek moyang mereka.
Sebagian peraturan yang dianut oleh suku Kanekes Dalam antara lain: 
·         Tidak diperkenankan menggunakan kendaraan untuk sarana transportasi 
·         Tidak diperkenankan menggunakan alas kaki
·         Pintu rumah harus menghadap ke utara/selatan (kecuali rumah sang  Pu'un atau ketua adat)
       Larangan menggunakan alat elektronik (sama sekali tak tersentuh teknologi)
·   Menggunakan kain berwarna hitam/putih sebagai pakaian yang ditenun dan dijahit sendiri serta tidak diperbolehkan menggunakan pakaian modren.




2. Kanekes Panamping (Baduy Luar), yang tinggal di berbagai kampung yang tersebar mengelilingi wilayah Kanekes Dalam, seperti Cikadu, Kaduketuk, Kadukolot, Gajeboh, Cisagu, dan lain sebagainya. Masyarakat Kanekes Luar berciri khas mengenakan pakaian dan ikat kepala berwarna hitam. Kanekes Luar merupakan orang-orang yang telah keluar dari adat dan wilayah Kanekes Dalam.
Ada beberapa hal yang menyebabkan dikeluarkannya warga Kanekes Dalam ke Kanekes Luar:

·         Mereka telah melanggar adat masyarakat Kanekes Dalam
·         Berkeinginan untuk keluar dari Kanekes Dalam
·         Menikah dengan anggota Kanekes Luar


3. Kanekes Dangka
Mereka tinggal di luar wilayah Kanekes, dan pada saat ini tinggal 2 kampung yang tersisa, yaitu Padawaras (Cibengkung) dan Sirahdayeuh (Cihandam). Kampung Dangka tersebut berfungsi sebagai semacam buffer zone atas pengaruh dari luar.
Kepercayaan masyarakat Kanekes yang disebut sebagai Sunda Wiwitan berakar pada pemujaan kepada arwah nenek moyang (animisme) yang pada perkembangan selanjutnya juga dipengaruhi oleh agama Buddha, Hindu, dan Islam. Inti kepercayaan tersebut ditunjukkan dengan adanya pikukuh atau ketentuan adat mutlak yang dianut dalam kehidupan sehari-hari orang Kanekes. Isi terpenting dari 'pikukuh' (kepatuhan) Kanekes tersebut adalah konsep "tanpa perubahan apa pun", atau perubahan sesedikit mungkin:

"Lojor heunteu beunang dipotong, pendek heunteu beunang disambung"
(Panjang tidak bisa/tidak boleh dipotong, pendek tidak bisa/tidak boleh disambung)

Tabu tersebut dalam kehidupan sehari-hari diinterpretasikan secara harafiah. Di bidang pertanian, bentuk pikukuh tersebut adalah dengan tidak mengubah kontur lahan bagi ladang, sehingga cara berladangnya sangat sederhana, tidak mengolah lahan dengan bajak, tidak membuat terasering, hanya menanam dengan tugal, yaitu sepotong bambu yang diruncingkan. Pada pembangunan rumah juga kontur permukaan tanah dibiarkan apa adanya, sehingga tiang penyangga rumah Kanekes seringkali tidak sama panjang. Perkataan dan tindakan mereka pun jujur, polos, tanpa basa-basi, bahkan dalam berdagang mereka tidak melakukan tawar-menawar.

Objek kepercayaan terpenting bagi masyarakat Kanekes adalah Arca Domas, yang lokasinya dirahasiakan dan dianggap paling sakral. Orang Kanekes mengunjungi lokasi tersebut untuk melakukan pemujaan setahun sekali pada bulan Kalima, yang pada tahun 2003 bertepatan dengan bulan Juli. Hanya Pu'un atau ketua adat tertinggi dan beberapa anggota masyarakat terpilih saja yang mengikuti rombongan pemujaan tersebut. Di kompleks Arca Domas tersebut terdapat batu lumpang yang menyimpan air hujan. Apabila pada saat pemujaan ditemukan batu lumpang tersebut ada dalam keadaan penuh air yang jernih, maka bagi masyarakat Kanekes itu merupakan pertanda bahwa hujan pada tahun tersebut akan banyak turun, dan panen akan berhasil baik. Sebaliknya, apabila batu lumpang kering atau berair keruh, maka merupakan pertanda kegagalan panen.

Bagi sebagian kalangan, berkaitan dengan keteguhan masyarakatnya, kepercayaan yang dianut masyarakat adat Kanekes ini mencerminkan kepercayaan keagamaan masyarakat Sunda secara umum sebelum masuknya Islam.

Mata Pencaharian 
Masyarakat Baduy Dalam menerapkan sistem ladang berpindah dengan penggarapan secara bergilir. Suku Baduy dalam adalah vegetarian, makanan sehari-hari didapat dari alam sekitar tanah milik mereka. Mata pencaharian utama masyarakat Kanekes adalah bertani padi huma. Selain itu mereka juga mendapatkan penghasilan tambahan dari menjual buah-buahan yang mereka dapatkan di hutan seperti durian dan asam keranji, serta madu hutan.
Keseharian kaum lelaki Baduy menggunakan ikat kepala putih. Kecuali puun atau pemimpin adat, para lelaki menggunakan baju hitam dan sarung selutut berwarna biru tua bercorak kotak-kotak. Kaum perempuan menggunakan sarung batik biru, kemben biru, baju luar putih berlengan panjang. Gadis-gadis menggunakan gelang dan kalung dari manik.
”Masyarakat suku Baduy hidup dalam kesederhanaan, gotong royong, cinta damai, dan anti-narkoba,” kata Dainah, Kepala Desa Kanekes.

Sistem pemerintahan
Di kawasan Baduy Dalam, ada tiga kampung yang masing-masing dikepalai oleh seorang kepala suku atau yang disebut Puun dan wakilnya yang disebut Jaro. Ketiganya adalah kampung Cibeo, Cikesik, dan Cikertawana. Masing-masing Puun ini memiliki peran yang berbeda. Puun Cibeo mengurusi pertanian, Puun Cikesik mengurusi keagamaan, dan Puun Cikertawana bertanggungjawab dalam hal kesehatan atau obat-obatan. Tanggung jawab ini berlaku secara kolektif untuk ketiga kampung tersebut.

Pemimpin adat tertinggi dalam masyarakat Kanekes adalah "Pu'un" yang ada di tiga kampung tangtu. Jabatan tersebut berlangsung turun-temurun, namun tidak otomatis dari bapak ke anak, melainkan dapat juga kerabat lainnya. Jangka waktu jabatan Pu'un tidak ditentukan, hanya berdasarkan pada kemampuan seseorang memegang jabatan tersebut.

Pelaksana sehari-hari pemerintahan adat kapu'unan (kepu'unan) dilaksanakan oleh jaro, yang dibagi ke dalam empat jabatan, yaitu jaro tangtu, jaro dangka, jaro tanggungan, dan jaro pamarentah. Jaro tangtu bertanggung jawab pada pelaksanaan hukum adat pada warga tangtu dan berbagai macam urusan lainnya. Jaro dangka bertugas menjaga, mengurus, dan memelihara tanah titipan leluhur yang ada di dalam dan di luar Kanekes. Jaro dangka berjumlah 9 orang, yang apabila ditambah dengan 3 orang jaro tangtu disebut sebagai jaro duabelas. Pimpinan dari jaro duabelas ini disebut sebagai jaro tanggungan. Adapun jaro pamarentah secara adat bertugas sebagai penghubung antara masyarakat adat Kanekes dengan pemerintah nasional, yang dalam tugasnya dibantu oleh pangiwa, carik, dan kokolot lembur atau tetua kampung (Makmur,2001).

Cagar Budaya
Pemda Lebak sejak tahun 1990 menyatakan bahwa kawasan masyarakat Baduy merupakan cagar budaya. Mereka tetap mempertahankan warisan leluhurnya yang merupakan aset nasional yang harus harus dijaga. Hal itu dikukuhkan dengan Peraturan Daerah nomor 13/1990. Dengan demikian hutan dan sungai tetap terjaga kelestariannya. Menurut Kepala Desa Kanekes Jaro Daerah, suku Baduy menempati areal tanah seluas 5.101 ha, yang terbagi dalam 53 kampung. Tiga kampung ditempati oleh Baduy Dalam masing-masing kampung bernama Cikeusik, Cikertawana dan Cibeo, sedangkan sisanya ditempati oleh Baduy Luar. Suku-suku Baduy tersebut bermukim tepat di kaki pegunungan Kendeng di desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten.

Gambar 1.2 Desa Kanekes





Referensi

Website
Desa Kanekes : Kembali ke Alam Bersama Kearifan Lokal Suku Baduy. Diunduh dari http://www.indonesia.travel/id/destination/310/desa-kanekes (01-06-2014)
Mengenal Suku Baduy Lebak-Banten. Diunduh dari http://www.muroielbarezy.com/2012/04/mengenal-suku-baduy-lebak-banten.html (01-06-2014)
Suku Baduy. Diunduh dari http://indonesiaindonesia.com/f/91943-suku-baduy/ (02-06-2014)
Suku Baduy Banten. Diunduh dari http://kebudayaanindonesia.net/id/culture/1073/suku-baduy-bante (03-06-2014)


Collective Behavior and Social Movements

Collective Behavior

Gambar 1.1 Collective Behavior
Perilaku kolektif adalah Perilaku yang relatif spontan dan tidak terstruktur dari sekelompok orang yang bereaksi terhadap pengaruh umum dalam situasi yang ambigu. Sosiolog menentukan perilaku kolektif sebagai perilaku yang relatif spontan dan sementara yang melibatkan sejumlah besar orang terlibat dalam kegiatan yang melanggar norma-norma konvensional.

Apa yang membedakan perilaku kolektif dari bentuk-bentuk perilaku kelompok?
"Bahwa perilaku kolektif dianggap menyimpang; jumlah orang terlibat dalam perilaku yang melanggar harapan sosial dari situasi tertentu, perilaku mereka dinyatakan mungkin menghindari."

Contoh: Ketika orang-orang bersorak di pertandingan sepak bola, mereka (bersorak) itu TIDAK dianggap perilaku kolektif karena dalam situasi (permainan), bersorak diharapkan sehingga itu dianggap perilaku normal. Namun, jika kelompok besar dari para penonton memutuskan untuk turun dan penyerangan wasit, ini menjadi perilaku kolektif karena perilaku seperti itu bukan merupakan bagian dari harapan normatif situasi permainan. Untuk setiap perilaku harus didefinisikan secara sosiologis sebagai perilaku kolektif, itu harus tidak konvensional, tidak terduga, tidak biasa dan relatif tidak terstruktur dan spontan.

Sebagai akibat dari karakteristik tersebut, orang-orang yang terlibat dalam perilaku kolektif bukan kelompok dalam arti sosiologis. Perilaku kolektif kurang baik penataan organisasi dan norma-norma. Akibatnya, sosiolog mendefinisikan orang yang terlibat dalam perilaku kolektif sebagai kolektivitas, sebagian besar orang yang ditandai oleh satu atau lebih hal berikutn adalah: interaksi terbatas, loyalitas terbatas, dan pembagian kerja yang terbatas. Selain itu, kolektivitas adalah kategori yang lebih fana daripada kelompok dan batas-batasnya jauh lebih jelas.

Theories of Collective Behavior 

Convergence Theories
Inti dari teori tersebut adalah bahwa orang bertindak terutama didasarkan pada kecenderungan individu. Kecenderungan tersebut membuat mereka mencari berpikiran kolektivitas. Kolektivitas tersebut dengan demikian akan terdiri dari individu-hati, dengan kecenderungan bersama untuk bentuk perilaku tertentu.
Untuk teori, karakteristik situasi tersebut memiliki minimal hal penting; kecenderungan individu, kecenderungan dan karakteristik sosial adalah faktor utama yang menjelaskan perilaku. Misalnya, orang tertarik pada sebuah konser rock secara individual berbeda rata-rata dari orang-orang tertarik pada kebangkitan acara keagamaan. Pengaturan tersebut akan menarik berbagai jenis orang yang, secara kolektif, akan berperilaku berbeda. Kecenderungan ini biasanya produk dari sosialisasi.

Social Contagion Theory
Dasar pemikiran dari Social Contagion Theory adalah bahwa kenyataan menjadi bagian dari kerumunan memodifikasi perilaku individu dan, dalam arti, membuat mereka untuk sementara, jika tidak waras setidaknya irasional dan bahwa perilaku tersebut akan hilang ketika mereka meninggalkan kerumunan. Gagasan umum di belakang penularan sosial adalah bahwa individu-individu dalam kerumunan yang "terkontaminasi," "terinfeksi" oleh pikiran, emosi dan ide-ide yang mereka akan tidak sebaliknya pengalaman dan sebagai hasilnya, terlibat dalam perilaku irasional dan merusak diri sendiri di mana mereka tidak akan jika tidak terlibat. Individu di tengah orang banyak tanpa berpikir meniru perilaku orang lain sehingga pada akhirnya, semua anggota terlibat dalam perilaku yang sama. Reaksi melingkar ini menghilangkan perbedaan individu serta kapasitas untuk berpikir logis. Fokus umum dari kerumunan lebih menguatkan proses.

Emergent Norm Theory
Dalam Perilaku Kolektif (1957), Ralph Turner dan Lewis Killiam mengembangkan teori muncul norma perilaku kolektif, di mana mereka mendukung beberapa aspek teori penularan sosial, tapi menolak premis dasar: individu dalam kerumunan menjadi tidak rasional dan gila. Mereka mengganti premis ini dengan mereka sendiri: aktor sosial adalah norma-makhluk berikut; sebagai hasilnya, jika perilaku konformis adalah produk dari norma-norma konvensional, maka perilaku kolektif adalah produk dari norma-norma yang muncul.

Norma-norma kondisi muncul dan menggantikan norma-norma konvensional. Untuk Turner dan Killiam (1993), norma-norma yang muncul kemungkinan besar akan muncul dalam situasi membingungkan, di mana norma-norma konvensional tidak berlaku atau tampak tidak memadai. Dalam keadaan seperti itu, dekat dengan Durkheim anomie (tidak adanya norma-norma), individu mencoba untuk membangun kembali definisi situasi untuk mengurangi ketidakpastian yang mereka alami. Mereka perlu tahu apa yang sedang terjadi.

Untuk menentukan dan memahami situasi, peserta mengamati perilaku orang lain. Mereka mengamati apa yang orang lain lakukan dan konsekuensi yang mungkin mengikuti. Misalnya, dalam situasi ambigu tegang, seseorang melemparkan batu tanpa konsekuensi negatif maka, sangat mungkin melemparkan batu akan menjadi norma yang muncul bahwa orang lain secara positif memperkuat dan meniru. Berdasarkan teori ini, individu tentunya tidak menjadi gila sekali di tengah orang banyak. Mereka berperilaku berbeda karena norma-norma yang berbeda, namun mereka masih mengikuti norma-norma. Dalam hal ini, perilaku kolektif adalah produk dari kesesuaian, bukan penyimpangan, meskipun hasilnya mungkin muncul menyimpang.

Value-Added or Structural-Strain Theory
Dalam Teori Perilaku Kolektif (1963), sosiolog Neil Smelser memfokuskan analisisnya pada faktor-faktor sosial-struktural skala besar yang mengarah ke perilaku kolektif. Untuk Smelser, psikologis make-up dari para peserta untuk perilaku kolektif tidak relevan; faktor-faktor penentu yang benar-benar bersifat sosial-struktural.

Untuk Smelser, fungsi perilaku kolektif adalah untuk meredakan ketegangan atau ketegangan dalam struktur sosial. Ini tidak hanya muncul sebagai kegilaan kolektif (teori penularan) atau karena individu dengan sifat-sifat psikologis umum bersama-sama (konvergensi teori) atau keluar dari kesesuaian dengan norma-norma konvensional (teori muncul-norma). Sebaliknya, faktor-faktor sosial-struktural dapat diidentifikasi menyebabkan perilaku kolektif. Jika perilaku kolektif yang tidak konvensional, itu karena menanggapi strain hadir dalam struktur sosial atau organisasi sosial. Perilaku kolektif adalah mekanisme yang digunakan oleh peserta gunakan untuk meredakan ketegangan seperti itu ketika mereka tidak dapat melakukannya melalui saluran konvensional seperti pengaruh politik atau ekonomi.

Untuk Smelser perilaku kolektif terjadi melalui proses nilai tambah. "Nilai tambah" adalah konsep dari ekonomi mengacu pada nilai bahwa setiap langkah dalam proses produktif menambah produk jadi. Ketika Anda membeli sepasang sepatu Nike, harga yang Anda bayar lebih dari harga karet dan bahan baku lain untuk membuat sepatu. Setiap langkah mengubah bahan-bahan baku menjadi produk jadi, sehingga harga mencerminkan nilai tambah bagi bahan dengan proses produktif. Selain itu, berbagai langkah yang berurutan. Anda tidak dapat memulai proses manufaktur sebelum setelah memperoleh karet untuk sepatu. Enam faktor penentu masing-masing merupakan langkah penting dalam proses menghasilkan perilaku kolektif (Lihat tabel 1.1 di bawah).

Determinants of Structural Strain

Structural Conduciveness
Agar perilaku kolektif muncul, organisasi masyarakat harus memungkinkan munculnya dan ekspresi konflik. Misalnya, semua demokrasi menghormati hak untuk berbeda pendapat dan hak untuk kebebasan berbicara dan berkumpul.

Perilaku kolektif akan difasilitasi jika orang-orang yang melihat diri mereka sebagai merasa dirugikan diabaikan atau didiskriminasi oleh pemerintah atau otoritas lain.
Structural Strain
Ketegangan struktural terjadi ketika orang melihat perbedaan antara apa yang mereka miliki dan apa yang mereka merasa bahwa mereka memiliki hak untuk menuntut ketika kondisi sosial mereka yang sebenarnya jatuh jauh dari harapan mereka.

Ketegangan struktural juga akan membuat orang lebih mungkin untuk terlibat dalam perilaku mereka dinyatakan akan menghindari atau percaya ide-ide dan rumor mereka mungkin biasanya memberhentikan tanpa berpikir dua kali.
Generalized Beliefs
Bahkan jika orang tidak bahagia dan pengalaman ketegangan/beban (tekanan), mereka tidak akan terlibat dalam perilaku kolektif kecuali diberikan dengan definisi yang sangat jelas dan berbagi masalah, penyebab dan solusi potensial. Seringkali, intelektual dan pemimpin potensial memberikan pernyataan seperti itu, sekali diterima, membantu mengurangi ketidakpastian dan ambiguitas dengan situasi.
Precipitating Factors
Selain faktor penentu, perilaku kolektif akan sering dipicu oleh peristiwa tertentu; misalnya, tahun 1992 Los Angeles kerusuhan dimulai setelah pembebasan dari empat polisi kulit putih dalam kasus Rodney King. Insiden semacam itu biasanya memperkuat keyakinan umum dan perlunya tindakan.
Mobilization for Action
Untuk perilaku kolektif terjadi, orang harus bersama-sama entah bagaimana. Jika orang untuk berpartisipasi dalam perilaku kolektif, mereka harus memiliki akses ke informasi yang diperlukan.
Exercise of Social Control
Kontrol sosial mengacu cara apapun bahwa masyarakat, atau kelompok, atau kolektivitas menggunakan untuk menegakkan norma-norma terhadap perilaku menyimpang. Agen kontrol sosial mungkin termasuk polisi dan pengadilan tentu saja, tapi juga tokoh agama dan masyarakat, dan media, bersama dengan individu atau kelompok dengan otoritas. Bagaimana agen kontrol sosial bereaksi mempengaruhi perkembangan perilaku kolektif.

Selama Perang Dingin, banyak negara-negara komunis di Eropa Timur mengalami perilaku kolektif menuntut lebih banyak demokrasi. Berulang kali, Uni Soviet mengirim militer untuk menghancurkan gerakan tersebut. Namun, ketika Mikhael Gorbachev menjadi Premier Soviet, kebijakannya tidak melakukan intervensi di Eropa Timur, kebijakan yang meningkatkan kondusifitas struktural di negara-negara Eropa Timur dan dimungkinkan munculnya gerakan pro-demokrasi yang kuat.
  Tabel 1.1 Langkah Proses Menghasilkan Perilaku Kolektif

Types of Collective Behavior

  • Localized Collectivities – Crowds 
Gambar 1.2 Casual Crowd
Localized Collectivities adalah kolektivitas yang beranggotakan berdekatan secara fisik. Lebih khusus lagi, kerumunan adalah pertemuan sementara di mana orang-orang dalam satu disekitar lain sehingga mereka mempengaruhi perilaku masing-masing dan berbagi fokus umum dari perhatian. Herbert Blumer (1969) membedakan berbagai jenis orang banyak.
1. Casual crowds  terjadi ketika orang-orang berkumpul di tempat yang sama pada waktu yang sama dengan interaksi terbatas sehingga norma-norma baru cenderung muncul dan peran relatif dibeda-bedakan. Orang-orang menonton artis jalanan atau belanja di mal adalah contoh yang baik dari kerumunan kasual.
2. Conventional crowds  terjadi ketika peristiwa tertentu direncanakan dan sejumlah besar orang yang dijadwalkan hadir. Oleh karena itu ada lebih banyak interaksi, norma-norma tertentu, dan diferensiasi peran daripada di banyak santai. Contoh kerumunan konvensional parade, pemakaman, acara olahraga atau upacara wisuda.
3. Expressive crowds  terjadi ketika sejumlah besar orang berkumpul untuk tujuan khusus mengalami emosi yang kuat. Menunjukkan kebangkitan agama, perayaan Mardi Gras atau pemakaman selebriti adalah contoh dari orang banyak tersebut.
4. Acting crowds  terjadi ketika kolektivitas adalah sangat terfokus dan kemarahan adalah emosi yang dominan. Kerumunan tersebut cenderung merusak dan kekerasan. Massa dan kerusuhan adalah contoh bertindak banyak.

Mobs
Massa (Mobs) sangat emosional dan kekerasan massa yang menargetkan individu atau kategori individu tertentu. Kekerasan massa biasanya dimotivasi oleh rasa takut, atau marah. Sebuah contoh khusus kekerasan massa adalah praktek hukuman mati tanpa pengadilan (Tolnay dan Beck, 1998). Studi menunjukkan bahwa sekitar 5.000 orang Amerika Afrika digantung di negara-negara Selatan antara 1880 dan 1930.

Riots
Kerusuhan adalah bentuk kekerasan perilaku kerumunan. Namun, bertentangan dengan massa, tidak fokus pada target tertentu tetapi tidak diarahkan. Kerusuhan lebih mungkin untuk menyebabkan kerusakan properti daripada massa. Ketika seluruh kategori orang merasa diperlakukan tidak adil, bahwa kebutuhan mereka diabaikan, atau bahwa penganiayaan mereka agak dibiarkan oleh pemerintah, hal ini biasanya menciptakan latar belakang frustrasi tegang dan acara tunggal dapat memicu kerusuhan sosial. Sejarah Amerika Serikat adalah sejarah kerusuhan, dan terutama kerusuhan ras yang dilakukan oleh kulit putih terhadap kelompok minoritas.

Panic
Panik adalah tindakan kelompok yang spontan dan tidak terkoordinasi untuk melarikan diri dari beberapa ancaman. 

Rumors
Sebuah rumor adalah informasi yang tidak berdasar berlalu informal dari individu ke individu tanpa verifikasi (Rosnow dan Fine, 1976).

Gossips
Gosip adalah rumor tentang individu-individu tertentu dan kehidupan pribadi mereka. Mereka dapat digunakan sebagai bentuk kontrol sosial: memuji atau mempermalukan orang-orang tertentu memperkuat kesesuaian dengan norma-norma kelompok tertentu. Gosip juga merupakan bentuk hiburan dan bisnis yang sangat menguntungkan.

Fads
Fads adalah Mode sangat terkait dengan budaya barat konsumsi massa dan mereka semua melibatkan pembelian besar benda-benda yang tidak berguna atau produk yang kehilangan nilai apapun secepat mode selesai. Mode yang telah menghilang terkadang muncul sebentar dan memeluk antusias lagi juga untuk waktu singkat seperti dalam kasus musik disko yang awalnya muncul pada tahun 1970 dan sekali lagi pada akhir 1990-an. Fenomena ini biasanya disebut nostalgia.

Fashion
Fashion adalah mode yang mengacu pada gaya penampilan, pemikiran atau perilaku senilai suatu titik waktu tertentu dalam masyarakat dan diikuti oleh banyak orang. Jika mode tampaknya muncul entah dari mana, tren fashion muncul di kelas atas karena melibatkan konsumsi mewah. Mode ini sering digunakan sebagai penanda perbedaan sosial dan selera yang baik. Untuk memakai pakaian yang tepat dan mengemudi mobil yang tepat adalah simbol kemakmuran, keberhasilan dan jarak dari kebutuhan. Ketika tren mode yang diberikan memanjat menuruni tangga sosial ke kelas bawah, gaya menjadi out-of-fashion, kelas atas beralih ke tren berikutnya (meskipun jean biru adalah contoh fashion dimulai pada kelas pekerja). Mode cenderung berlangsung lebih lama dari mode dan menghilang secara bertahap.

Gambar 1.3 Fashion
Crazes
Kegilaan mirip dengan fads bahwa mereka melibatkan konsumsi besar-besaran dan cepat dan berakhir tiba-tiba. Namun, dalam menggila, keuntungan adalah motif utama. Akibatnya, harga untuk objek yang diinginkan akan meningkat secara dramatis dan akan jatuh seperti cepat ketika selesai.

Public Opinion
Opini publik meliputi gagasan luas, sikap dan keyakinan dikomunikasikan kepada para pengambil keputusan melalui jajak pendapat dan survei untuk diperhitungkan dalam keputusan politik. Mengukur opini publik sangat penting bahwa semua partai politik, pemerintah dan bisnis menggunakan jajak pendapat dan survei dan beberapa lembaga eksis didedikasikan khusus untuk tugas ini.

Propaganda
Propaganda adalah informasi yang dirancang untuk secara aktif membentuk dan mempengaruhi opini publik.

Social Movements
Gambar 1.4 Social Movements
Gerakan sosial merupakan menyelenggarakan kegiatan kolektif untuk membawa atau menolak perubahan dalam kelompok atau masyarakat.
·         Gerakan sosial memiliki dampak yang dramatis pada perjalanan sejarah dan evolusi dari struktur sosial
·         Fungsionalis: berkontribusi pada pembentukan opini publik
·         Semakin meningkat dalam dimensi internasional.

Theories of Social Movements
  • Relative Deprivation Theory 
Teori deprivasi relatif, yang dikembangkan oleh Denton Morrison (1971) adalah teori yang lebih umum tentang mengapa individu bergabung gerakan sosial. Seseorang mengalami deprivasi relatif ketika dia merasa bahwa dia tidak menerima nya "adil" dari apa yang tampaknya menjadi tersedia. 

Kunci untuk ide deprivasi relatif adalah gagasan tentang harapan, yaitu, apa yang orang pikir mereka pantas dan inginkan dalam hidup. Jika harapan ini terpenuhi, orang tidak mengalami ketidakpuasan atau deprivasi relatif. Di sisi lain, jika orang membandingkan dirinya dengan kelompok acuan mereka dan menemukan bahwa mereka memiliki lebih sedikit, mereka akan mengalami deprivasi relatif. Jika seseorang merasa bahwa orang lain tampaknya menjadi kaya atau secara umum tampaknya memiliki lebih baik, mereka akan mengalami deprivasi relatif.

Kunci kedua untuk ide deprivasi relatif adalah gagasan tentang harapan yang sah. Kekurangan relatif bukan hanya gagasan bahwa orang ingin apa yang dimiliki orang lain. Ini adalah gagasan bahwa mereka pikir mereka pantas mendapatkannya dan memiliki hak untuk itu. Oleh karena itu, jika mereka tidak mendapatkan apa yang mereka pikir mereka pantas, mereka berpikir bahwa sesuatu harus dilakukan untuk memperbaiki situasi. Dengan kata lain, harapan tidak keinginan sederhana. Untuk deprivasi relatif muncul, individu harus memahami harapan mereka sebagai sah.

Kunci ketiga adalah gagasan dari harapan diblokir, tujuan-tujuan bahwa individu tidak dapat memenuhi melalui cara konvensional. Perasaan hasil perampasan relatif. Jika harapan dianggap sah dan mudah untuk memenuhi, tidak ada kebutuhan untuk gerakan sosial. Namun, jika harapan dianggap sah tetapi diblokir, individu akan mengalami ketidakpuasan dan frustrasi. Mereka akan lebih cenderung ingin memperbaiki situasi yang tidak adil.

Morrison juga mengidentifikasi kondisi struktural yang meningkatkan kemungkinan munculnya gerakan sosial (Locher, 2002:256-257):
o   Sejumlah besar orang harus mengalami deprivasi relatif;
o   Harus ada tingkat tinggi interaksi dan komunikasi antara orang-orang yang mengalami deprivasi relatif;
o   Semakin sosial sama orang yang mengalami deprivasi relatif, semakin mudah bagi mereka untuk berkumpul dan menciptakan gerakan;
o   Gerakan lebih mungkin terbentuk dalam masyarakat kaku bertingkat karena perbedaan antara kelas yang jelas.
o   Masyarakat harus memiliki sejumlah besar asosiasi sukarela untuk memberi orang rasa bahwa aktivitas kolektif dapat membuat perbedaan dan benar-benar menghasilkan perubahan yang menguntungkan. Juga, sebuah gerakan sosial manfaat dari keterampilan kepemimpinan organisasi asosiasi.

  • Resource Mobilization Theory
Mobilisasi sumberdaya: Cara gerakan sosial seperti memanfaatkan sumber daya sebagai uang, pengaruh politik, akses ke media, dan pekerja?
Oberschall: untuk mempertahankan sebuah gerakan sosial, harus ada organisasi dasar dan kontinuitas kepemimpinan.
Marx: pemimpin perlu membantu para pekerja mengatasi kesadaran palsu - sikap yang tidak mencerminkan posisi obyektif pekerja.

·         Political Process Theory

Teori proses politik berfokus lebih pada isu-isu makro-sosiologis yang membuat gerakan sosial mungkin. Untuk McAdam, faktor ekonomi dan politik terutama penting bagi munculnya gerakan sosial. Lebih khusus lagi, McAdam mengidentifikasi tiga faktor seperti (Locher, 2002: 265):
o   Kekuatan Organisasi: semakin terorganisir kelompok adalah, semakin besar kemungkinan anggotanya untuk membentuk gerakan sosial dan semakin besar kemungkinan gerakan akan berhasil;
o   Pembebasan Kognitif: semakin banyak anggota berpikir peluang sukses mereka baik, semakin besar kemungkinan mereka untuk membuat gerakan mereka akan berhasil;
o   Peluang politik: sekutu politik lebih utama gerakan sosial telah, semakin besar kemungkinan akan berhasil.

·         New Social Movements Theory
Gerakan Sosial Baru Teori muncul pada akhir 1960-an untuk memperhitungkan perubahan dalam komposisi, fokus dan strategi di beberapa gerakan sosial di dunia Barat (Melucci, 1989; McAdam et al, 1988; Larana et al, 1994; Scott, 1995). Gerakan sosial baru itu sendiri adalah respon terhadap perubahan sosial besar-besaran yang dibawa oleh globalisasi.

Gerakan sosial baru: kegiatan kolektif terorganisir yang mempromosikan otonomi, penentuan nasib sendiri, dan peningkatan kualitas hidup.
Gerakan sosial baru ini umumnya tidak melihat pemerintah sebagai sekutu mereka.

 
Gambar 1.5 Konstribusi dari teori Social Movements






Referensi 

Website
diunduhkan dari website binus, http://binusmaya.binus.ac.id Pukul 12.30 WIB (19-06-2014)
diunduh dari http://2012books.lardbucket.org/books/sociology-comprehensive-edition/s24-collective-behavior-and-social.html Pukul 12.50 WIB (19-06-2014)
diunduh dari http://web.mit.edu/gtmarx/www/cbchap1.html Pukul 14.35 WIB (19-06-2014)